Thursday, September 26, 2013
0 komentar

Ini Gerakan Kembali Mengenalkan Pasar Tradisional

12:13 AM
SENIN, 23 SEPTEMBER 2013 | 03:56 WIB
TEMPO.CO , Jakarta:
Generasi muda dinilai sudah melupakan pasar tradisional. Para remaja lebih suka berbelanja atau sekadar jalan-jalan di pasar modern seperti supermarket dan pusat perbelanjaan.

Menyadari generasi muda semakin tidak mengenal pasar tradisional, aktivis program bakti nusa dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan gerakan mengenalkan kembali pasar tradisional kepada generasi muda.

Pengenalan dilakukan dengan cara menggelar sosialisasi di Hari Bebas Kendaraan, bakti sosial, hingga pemanfaatan teknologi. Koordinator program Titis Sekti Wijayati mengatakan mereka juga kampanye lewat media sosial seperti Twitter dan Facebook, menulis di blog, dan membuat video tentang pasar tradisional.

"Target sosialisasi kami mahasiswa," katanya di sela sosialisasi, Minggu, 22 September 2013. Dia mengatakan kalangan ibu rumah tangga memang masih berbelanja di pasar tradisional. Tapi hal serupa tidak tampak untuk generasi muda.

Titis menyebut ada banyak nilai di pasar tradisional. Secara fisik, sebagian bangunan pasar tradisional termasuk bangunan tua yang tergolong cagar budaya.

Sedangkan non-fisik, ada interaksi sosial, keakraban, dan kehangatan dalam hubungan pedagang dengan masyarakat. "Tawar-menawar harga mendekatkan pedagang dengan pembeli," ujarnya.

Selain itu perputaran uang di pasar tradisional cukup besar dan tidak kalah dari pasar modern. Dan yang menikmati perputaran uang tersebut bukan pemodal besar, tapi pelaku usaha kecil menengah. "Pasar tradisional sudah menjadi penggerak ekonomi masyarakat," ucapnya.

Salah seorang warga, Edi Setiawan mengatakan pasar tradisional menawarkan hal berbeda dibanding pasar modern. Misalnya soal jajanan khas suatu daerah yang biasanya mudah ditemui di pasar tradisional. "Kalau cari jajan pasar, langsung teringat pasar tradisional," katanya. Dia meminta masyarakat terutama generasi muda tidak gengsi belanja di pasar tradisional. "Harga barangnya lebih murah, tapi tidak murahan," ujar dia melanjutkan.

Warga lain, Andi Wijaya mengaku lebih senang belanja di pasar tradisional. Selain bisa tawar-menawar harga, barang yang dijual lebih segar. "Sayang sekali kalau pasar tradisional sepi pembeli dan sampai ditutup. Banyak orang yang ekonominya tergantung pada aktivitas jual beli di pasar tradisional," katanya.
 
Toggle Footer
Top