Senin, 29 Juli 2013
JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak seperti harga cabai dan daging, harga minyak goreng di pasaran cenderung stabil. Setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan harga kebutuhan ini tidak bergejolak.
Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi menjelaskan, harga minyak goreng cenderung stabil karena Indonesia merupakan produsen dan eksportir minyak goreng terbesar di dunia. Produksi minyak goreng di Indonesia mencapai 25 juta ton pertahunnya.
Sementara itu konsumsi minyak goreng masyarakatnya hanya mencapai 6 juta ton hingga 7 juta ton per tahun. "Produksi memang berlebih, jadi tidak ada alasan terjadinya gejolak harga minyak goreng," ujarnya Jumat (26/7/2013).
Kedua, stabilnya harga minyak goreng lantaran pemerintah telah membuat kebijakan tarif ekspor minyak goreng. "Sehingga, harga di dalam negeri bisa kita kurangi keterkaitannya dengan internasional melalui tarif itu," kata Bayu.
Yang terakhir ialah dengan maraknya pasar murah yang menjual minyak goreng. Saat ini pasar murah tengah gencar diadakan di berbagai tempat. Pemerintah mulai mengenalkan minyak goreng murah yang menggunakan kemasan.
Menurut Bayu, dengan kemasan harga minyak goreng jauh lebih stabil. Fluktuasi minyak curah jauh lebih besar dibandingkan dengan minyak goreng dalam kemasan. "Dengan introdusir merek Minyak Kita, kami promosi stabilisasi minyak goreng di dalam negeri. Tapi pasar murah di mana-mana memang mempengaruhi dan membuat spekulasi tidak ada," ungkapnya.
***