oleh Fiki Ariyanti
Posted: 02/07/2013
Liputan6.com, Jakarta : Keinginan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) untuk masuk ke pasar ritel dengan menjual langsung produknya ke konsumen ternyata mendapatkan kecaman dan para tengkulak besar (kartel).
Itu karena selama ini tengkulak yang dikenal dengan 'Samurai' ini telah menguasai jaringan distribusi dan perdagangan gula di Indonesia.
Direktur Utama RNI, Ismed Hasan Putro mengaku, dirinya kerap mendapatkan ancaman dan teror lantaran tak ingin menjual produksi gula ke tengkulak besar (kartel) dengan harga Rp 8.900 per kilogram (kg).
"Saya sering mendapat teror, tekanan, dan caci maki gara-gara alasan tersebut, karena saya ingin menghindari jebakan 'samurai'. Tapi karena saya sudah meneguhkan hati tidak akan melepas gula di bawah harga Rp 10 ribu kepada tengkulak," tutur dia di Jakarta, Selasa (2/7/2013).
Alasannya, Ismed menjelaskan, pihaknya optimistis harga gula tidak akan menyentuh di bawah Rp 10 ribu per kg. Sebab bila menjual gula ke tengkulak dengan harga tersebut, maka sama saja menyerahkan keuntungan berlipat untuk mereka dan bukan petani.
"Ternyata keyakninan kami terbukti karena harga gula merangkak naik lebih dari Rp 10 ribu dengan memperbaiki distribusi dan penjualan langsung ke konsumen melalui anak usaha kami PT Rajawali Nusindo," tukasnya.
Rajawali Nusindo, Ismed bilang, merupakan 'ninja' atau ujung tombak dari bisnis perdagangan perusahaan pelat merah yang mengelola 10 pabrik gula di seluruh Indonesia.
"Dari produksi 400 ribu ton dari 10 pabrik gula yang dikelola sangat menggiurkan bagi 'samurai' dan banyak yang bermain di bisnis gula. Maka dari itu, kami ingin stop permainan tersebut, dan membalik penjualan gula dari karungan (bulk) jadi dalam bentuk ritel," tandas Ismed.(Fik/Nur)