Kamis, 12 September 2013, 17:43 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tempe sudah dianggap sepenting beras, karena itu produksinya diminta tidak dipermainkan karena berpotensi memicu instabilitas negara. "Sama seperti beras dan tepung terigu, dan gula pasir, tempe adalah barang bernilai strategis di Indonesia. Jangan dipermainkan karena tempe berpotensi memicu instabilitas negara," kata Djoko Santoso, Panglima TNI 2007-2010 itu kepada media di Jakarta, Kamis.
Djoko menambahkan sekilas urusan tempe tampak sepele tapi harus diingat berapa juta orang di Indonesia terlibat dalam produksi dan pemasarannya. "Tempe bukan lagi terbatas sebagai makanan orang Jawa, di seluruh Indonesia ada tempe. Perhatikan saja, dari Aceh sampai Papua pasti ada tempe dan rakyat suka," katanya mengingatkan.
Jutaan rakyat Indonesia, kata Djoko, terlibat dalam kegiatan produksi tempe dan juga tahu yang sudah menjadi sumber penghidupan keluarga mereka selama ini. "Waktu tempe hilang tiga hari lalu, puluhan ribu pedagang gorengan di Jakarta saja kehilangan pemasukan. Jika terus tempe hilang, pasti mereka protes," katanya.
Tempe dan tahu juga adalah sumber protein yang sebelumnya murah dan sangat membantu rakyat miskin di seluruh Indonesia, katanya. Para penarik beca, pengojek, pedagang asongan dan sangat terbantu karena dengan lauk tempe dan tahu mereka bisa mengisi perut murah di warung-warung makan pinggir jalan.
"Jadi di situlah letak strategis tempe dan tahu. Presiden Soeharto dulu tahu betul mengenai arti strategis kacang kedelai, beras dan terigu sehingga harganya sangat dijaga lewat peran Bulog (Badan Urusan Logistik)," kata Djoko Santoso yang kini juga menjadi pembina Persatuan Warung Tegal Seluruh Indonesia itu.
Merujuk kepada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2008-2012 Kementerian Pertanian 2008-2012, Djoko Santoso mengatakan tahu dan tempe berada di urutan teratas di antara kelompok lauk-pauk. Data 2012 menyebut, konsumsi rata-rata per kapita setahun untuk tahu adalah 6,987 kg, sedangkan untuk tempe 7,091 kg.
Bila dibandingkan dengan daging sapi (0,365 kg), daging ayam kampung (0,521 kg), daging ayam ras (3,494 kg) dan telur ayam kampung (2,764 kg). Sumber protein yang paling mendekati konsumsi tahu dan tempe hanyalah telur ayam ras (6,581 kg).
Bukan hanya itu, data BPS menunjukkan laju konsumsi kedelai, yang 60 persennya diolah menjadi tempe, melebihi laju pertumbuhan penduduk. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 1978-2008 adalah 1,56 per tahun per tahun, sedangkan data laju pertumbuhan konsumsi kedelai tahun 1978-2008 adalah 7,22 persen per tahun.
Redaktur : Ajeng Ritzki Pitakasari