Rusaknya Pondasi Dasar Profesionalisme
Inilah yang sebenarnya merusak pondasi dasar keprofesian di negeri kita. Seperti kita membuat kue, bukan rasa enak yang menjadi tujuan utama kita (sehingga orang senang memakannya), tapi kita lebih disibukkan untuk menghitung bahan-bahan supaya kita tidak rugi kalo menjualnya. Akhirnya rasa kuenya biasa-biasa aja, bahkan kadang bisa terlalu mahal.
Betapa banyak perusahaan hancur, lembaga negara keropos tak bergigi, lembaga pendidikan tak menghasilkan SDM yang berkualitas, atau pemerintahan tak berwibawa, karena permasalahan ini. Kita terlalu dicapekkan mengurus perut, dibuat lelah membahas itung-itungan cepek.
Para hakimnya menjadi terlalu sibuk mengurus korupsi, tidak sempat membela kaum lemah. Para pengusahanya sibuk mengejar proyek, tidak sempat membuat inovasi. Para pejabatnya sibuk menghitung tunjangan dan kenaikan pangkat, tidak sempat memikirkan nasib rakyat. Para profesional dan karyawan, terlalu konsentrasi mencari kerja sambilan dan pendapatan sampingan, hingga pekerjaan utama terbengkalai. Para guru dan dosen, sudah capek mengeluh gaji gak naik, jadi sudah pusing kalo harus koreksi ujian siswanya, apalagi menciptakan metode pendidikan yang aneh-aneh.
Hhh...... capek.
Kita bisa merasakan, sudah sangat capek memikirkan itu semua, walaupun tidak ikut melakukannya. Dengan energi dan kemampuan manusia yang terbatas, secara logis kita tidak akan mampu membuat prestasi dengan kondisi (fikiran) lelah. Ketika individu-individu dalam sebuah kelompok atau lembaga adalah kumpulan orang-orang yang sudah lelah sebelum bekerja, maka tidak ada yang bisa diharapkan.
bersambung...