SHNEWS. Senin 10 Juni 2013
Jenda Munthe
Jenda Munthe
Sekitar empat tahun yang lalu, kios para pedagang di Pasar Enjo, Kelurahan Pisangan Lama, Pulogadung, Jakarta Timur, dibongkar. Meski sebagian pedagang menolak, mereka bersedia dipindahkan ke lokasi penampungan sementara yang tak jauh dari lokasi pasar karena dijanjikan disediakan lokasi pasar yang baru.
Sayangnya, harapan para pedagang untuk mendapatkan lokasi pasar yang baru dan lebih layak harus tertahan. Hingga kini mereka harus bertahan di lokasi penampungan lantaran pembangunan Pasar Enjo yang baru belum juga rampung. Padahal dulu pedagang dijanjikan bahwa pembangunan akan rampung dalam kurun waktu setahun.Saat ini, di lokasi penampungan sementara itu pedagang harus bertahan dengan lokasi kios yang terbilang sempit. Akses jalan di dalam lokasi penampungan hanya sekitar 1 meter dan membuat lokasi tersebut sepi pembeli. Menurut sejumlah pedagang, keengganan pembeli untuk datang ke pasar itu juga diperparah dengan kondisi pasar yang bau sampah.
Saat SH meninjau bangunan pasar yang belum rampung itu, Minggu (9/6), terlihat bangunan pasar berlantai dua itu masih dibiarkan begitu saja. Di bagian depan terlihat tumpukan pasir dan ilalang liar yang memberi kesan pasar tersebut tidak terurus. Tidak terlihat satu pun pekerja di lokasi tersebut. Kondisi pengerjaan bangunan yang baru dilakukan sekitar 50 persen tersebut kondisinya seperti bangunan mati tak berpenghuni.
Padahal, pada 2012 PD Pasar Jaya mengatakan kepada SH bahwa proses pembangunan yang sempat terhenti akan kembali dimulai pada awal 2013. Namun sampai saat ini tidak ada kejelasan mengenai kelanjutan pembangunan pasar itu.
"Ya kalau yang saya baca di koran memang katanya pembangunan mau dimulai lagi Januari kemarin. Tapi ini sampai sekarang belum ada kejelasan. Kami masih berdagang di kios-kios sementara ini," ucap salah seorang pedagang bernama Afrianto (48) saat ditemui SH di lokasi penampungan, Minggu.
Ia mengungkapkan, pada awal 2013 memang sempat terlihat adanya pengerjaan. Namun hal itu menurutnya hanya berlangsung selama satu minggu. Setelah itu, kata dia, proses pengerjaan kembali berhenti dan tidak ada satu pun pekerja yang terlihat beraada di lokasi.
"Akibatnya pembangunan terhenti lagi dan tidak ada kejelasan sampai kapan kami menunggu di lokasi sementara ini. Kalau nggak ada penjelasan begini ya lama-lama pedagang habis juga," keluh Afrianto.
Menurutnya, pedagang di sana mengeluhkan lokasi penampungan yang terbilang kurang tertata dan berakibat terhadap sepinya pembeli. Padahal, lanjut dia, tidak lama lagi akan tiba Idul Fitri di mana semestinya banyak penggunjung yang datang ke pasar. "Sudah mau Lebaran, tapi kami masih di penampungan yang sepi begini. Ini yang benar-benar menyulitkan," kata Afrianto.
Ia bertambah kesal lantaran pihak PD Pasar Jaya tidak pernah memberi jawaban pasti saat dimintai solusi terkait keluhan para pedagang. Karena itu ia berharap jajaran pemimpin di tingkat Pemprov DKI dapat melihat situasi yang terjadi di Pasar Enjo dan memberikan solusi kepada mereka.
"Kami tanya sama pihak PD Pasar Jaya, solusinya apa. Ternyata mereka tidak ada jawaban sama sekali. Kami harap gubernur mau turun tangan untuk nasib para pedagang di sini," jelasnya.
Pedagang lain yang enggan disebutkan namanya berpendapat bahwa sepinya lokasi penampungan sementara itu karena kurangnya perawatan. Lokasi kios yang sempit, pengap, dan bau sampah juga menjadi alasan pembeli enggan mendatangi penampungaan tersebut.
"Pembeli mengeluhkan bau sampah, padahal setiap hari kami membayar retribusi Rp 2.500-4.500 kepada PD Pasar Jaya. Terus itu retribusi buat apa?" katanya.
Ia mengatakan, kondisi penampungan yang tidak terawat dan berbau sampah membuat warga ingin segera pindah ke lokasi pasar yang baru. Namun karena proses pengerjaan yang terus molor dari rencana itu para pedagang terpaksa memilih bertahan di sana. "Kami sebenarnya bisa saja menuntut kepada PD Pasar Jaya. Sudah empat tahun kami telantar begini dan tidak pernah ada solusi," jelasnya.
Keluhan para pedagang itu menurutnya sudah pernah disampaikan kepada Wakil Gubernur DKI Jakarta. Namun sampai saat ini belum ada kejelasan terhadap nasib pedangan di sana. "Ada sekitar 700 pedagang yang berjualan di sini. Kalau begini caranya, PD Pasar Jaya memperbanyak pedagang telantar di jalanan dan menciptakan pengangguran," kata dia.
Ditemui di lokasi proyek pembangunan pasar, petugas jaga bernama Hasan (27) mengaku bahwa terhentinya proyek tersebut karena para pekerja sedang mengerjakan proyek pembangunan pasar di lokasi lain. Karena itu pasar tersebut harus dihentikan untuk sementara. "Setelah proyek di tempat lain selesai baru melanjutkan proyek di sini," ungkap Hasan.
Dihubungi melalui telepon selulernya, Humas PD Pasar Jaya, Agus Lamun, membenarkan bahwa sampai saat ini proyek pembangunan pasar yang baru masih belum berjalan. Meski enggan menjelaskan kendala yang dialami, ia mengaku persoalan utama tertundanya pembangunan pasar disebabkan adanya permasalahan dengan pihak pengembang yang menjalankan proyek tersebut.
"Memang masih ada masalah dengan pengembang. Saat ini masih kami bahas bagaimana pengerjaannya ke depan. Kami juga akan upayakan agar pembangunan pasar itu dapat segera dimulai," ungkap Agus.
Untuk sementara, lanjut dia, pedagang yang berjualan di sana ditampung di lokasi sementara yang berada tidak jauh dari lokasi pasar. "Untuk itu wajar kalau ada retribusi, kan lokasi sementaranya kita yang sediakan sampai pasar yang baru rampung," tandasnya.
*********